Waktu, kau tahu, ia begitu saja melenyapkan apa pun. melewatinya tanpa ampun. ada kalanya kita menyebutnya kenangan dan segalanya tinggal bayang:
Pengantin Kudus
:bab
kita bertemu
di mana debaran pecah
memberi butiranbutiran air
karena hati yang dikaratkan
oleh hujan di musim yang berlainan
tak pernah kita
sungguhsungguh datang membawa
niat mengerami telur
di sarangnya sendirisendiri
hingga hangatnya
mampu menggariskan skala
pada teras rumah
yang kian ciut
di susut petang yang hibuk berkarnaval
cerita yang telah kita kisahkan ini, bab
pernah tertulis di buku halaman kesekian
dari lembaran cerita yang ini juga
bahkan alur dan rupa
mengikuti ekor induknya
kupikir
janganjangan kisah ini
seperti kemarin juga
kita akan dibiasakan
menerima pinangan paksa malam
yang sunyikudus
yogyakarta, 2007
(By: Mutia Sukma)Kataku padamu, tetaplah di sini. selalulah di sini.
Kataku lagi:
Cinta yang Sederhana
ketika bumi ini terlelap dalam kesunyian abadi
aku masih terjaga menungguimu.
ketika malam merangkak di pucuknya,
aku masih berkata-kata tentang cinta.
bila hidup mengembalikan apa saja ke asal mula
aku masih saja merapal ingatan kepadamu.
bahkan, malam pun serupa lantunan doa,
sebab cinta tak mengenal batas siang atau malam,
tidur atau jaga.
maka, sempurnakanlah pejammu
sebab pada mimpi buruk sekali pun
akan kau temukan tanganku terulur kepadamu.
cinta adalah yang bisa merapikan segalanya
dari dosa dan rahasia.
ketika malam mengembalikanmu pada
kesucian paling purba
segala asal mula sedang digarap untukmu.
ketika terbangun dan kau menjumpaiku
dengan seonggok kisah basi
maka itulah cinta. sepenggal kisah sederhana
sepanjang malam dan pagi harimu.
rumahlebah, 2007
Bukankah segalanya telah menyatu bagai s ebua permata yang kita tak bisa memisahkan besi dan emasnya lagi. sebagaimana kau katakan dulu: