Tangan Rindu
aku menyentuh tangan kurusmu
wahai perempuan yang pandai memasak
luka. jemarimu runcing serupa rindu
yang disengai di dalam wajan. menjadi
rahasia api tungku, penyedap masakan
yang kau tekuni benar asamgaramnya.
jemarimu tempat luka dan rindu
bersarang. kau lemparkan bersama irisan
bawang. matamu, kesunyian makammakam
berabadabad menziarahi masalalu
yang tak kunjung jadi kekupu
tanganmu meruncingkan nasib buruk
takdir seorang perempuan
berakrab dengan bara dan pisau daging
tangis dan bau bawang, asap dan minyak goreng
di dapur, tak kunjung matang itu rindu
kau hidangkan lukamu pada banyak orang
sebentuk rahasia yang mesti mereka telan.
kau menanggung rindu pada kampung jauh
rindu yang seruncing garis tanganmu
tumbuh, bercabang dan memunculkan tunas baru
“pegang tanganku, sibaklah belukar dan
semak tubuhku.”
sepasang tangan yang serupa karang
bau dapur meruap bersama sabun dan
tangis yang tertampung di sana. betapa rindumu
menumpuk, tinggi serupa gunung.
tapi aku tak akan bisa menyibak belukar
tanganku terlalu mentah untuk menjadi
perambah dan membuka lahan, bahkan
untuk di dapur sekali pun
rindumu, mungkin jadi hujan, jadi batu
jadi pulau, jadi pohon, jadi dunia
imaji bagi anakmu yang bertumpuk
bersama sejumlah amsal. tangan yang
nanti seseorang akan memecah
hutan lebatnya.
lansano, oktober 07