Thursday, April 3, 2008

Sajak-sajak

Tangan Rindu


aku menyentuh tangan kurusmu

wahai perempuan yang pandai memasak

luka. jemarimu runcing serupa rindu

yang disengai di dalam wajan. menjadi

rahasia api tungku, penyedap masakan

yang kau tekuni benar asamgaramnya.

jemarimu tempat luka dan rindu

bersarang. kau lemparkan bersama irisan

bawang. matamu, kesunyian makammakam

berabadabad menziarahi masalalu

yang tak kunjung jadi kekupu

tanganmu meruncingkan nasib buruk

takdir seorang perempuan

berakrab dengan bara dan pisau daging

tangis dan bau bawang, asap dan minyak goreng

di dapur, tak kunjung matang itu rindu

kau hidangkan lukamu pada banyak orang

sebentuk rahasia yang mesti mereka telan.

kau menanggung rindu pada kampung jauh

rindu yang seruncing garis tanganmu

tumbuh, bercabang dan memunculkan tunas baru

“pegang tanganku, sibaklah belukar dan

semak tubuhku.”

sepasang tangan yang serupa karang

bau dapur meruap bersama sabun dan

tangis yang tertampung di sana. betapa rindumu

menumpuk, tinggi serupa gunung.

tapi aku tak akan bisa menyibak belukar

tanganku terlalu mentah untuk menjadi

perambah dan membuka lahan, bahkan

untuk di dapur sekali pun

rindumu, mungkin jadi hujan, jadi batu

jadi pulau, jadi pohon, jadi dunia

imaji bagi anakmu yang bertumpuk

bersama sejumlah amsal. tangan yang

nanti seseorang akan memecah

hutan lebatnya.

lansano, oktober 07