Wednesday, April 25, 2007

Sajak Koto-Sukma

Rambut Perempuan II

Kucium habis rambutmu

Sampai kutemukan bau rumah

yang semakin hitam

semakin kelam

Biarkan kubenamkan kepalaku

lebih dalam lagi di legam rambutmu

Sampai puas aku, sampai usai nyeriku

Yogyakarta, 0ktober 2006
(by: Koto)

Kusepuh Namamu

kusepuh namamu di jejak kaki

malaikat baikku

:indrian koto

agar serupa bumi

kau memberi tempat berpijak lain

segala biru. hijau yang duludulu membosankan

mengalir di sepanjang selokan

mengejar tikus air yang berenangan

agar serupa bulan

merangkum berabad gulita

lalu menaburnya di atas kue coklat

kejutan kecil di hari basah

dan kau suapkan di bibir ini

sesendok cinta yang tak pernah basi

sesendok rasa yang tetap pagi

meski malam merengek ingin berganti

agar serupa langit

kau memberi kekosongan yang

tidak sempurna

karena lewat awan menggemaskan

imajinasi kuno dan manis

ditontonkan ribuan kali

berikan aku tempat berpijak lain

supaya lengkap sudah sepuhku

agar serupa bumi, serupa bulan,

serupa langit

bumi berputar mengelilingi

bulan yang memberi warna

pada langit

o, lengkap sudah sepuhku.

05 maret 2007

duh... puisi, betapa dekatnya kau dengan hati.

sementara hanya ini yang kami ingin. sebab siapa yang bisa menduga gerak waktu dan apa yang terjadi esok pagi??





Catatan Ringan Koto-sukma

aih.. ini subuh aku ingin menulis sesuatu tentang cinta:


.. Duh ada yang Terbakar Nih

25 April 2007. Selasa

yang begitu setia hanyalah cinta dan kematian

Hari ini koto kuliah. Sukma masih setia mengikuti dan menyimak para peserta lomba baca puisi haul Chairil anwar. Ada Faisal di sana juga. Kuliahnya dua. Tapi Koto masuknya Cuma yang kedua, jam 10, Patologi Sosial.

Saat itu presentasi masalah Kenakalan remaja. Diskusi yang asyik dan menyenangkan. Tapi satu kegelisahan adalah, kok ya kemudian pembicaraan kenakalan remaja ini larinya jauh ke individu. Tidak ada defenisi “nakal” juga di situ. Apakah ia sebentuk kejahatan, tindakan kriminal atau semacam apa. Persoalannya kemduian berputar pada persoalan keluarga dan lingkungan. Uhh.. capek dek.

Tapi entah juga. Saya merasa persoalan kenakalan remaja adalah tindakan komunal, sebuah prilaku yang dikerjalkan sekelompok orang untuk memuaskan diri, untuk memperlihatkan bahwa mereka bisa/mampu atau sekedar menunjukan simbol-simbol kekuasaan/ pengakuan diri pada masyarakat umum dnegan kebut-kebutan di jalan, kebut-kebutan di jalan, dan semacamnya. Kalau pun dilakukan seseorang alasannya tetap sama, untuk menunjukan jadi diri atau setidaknya ingin di terima oleh satu kelompok tertentu.

Tapi itu hanya keyakinan saya saja.

Kembali ke UNY. Menunggu pengumuman final. Dan ternyata Sukma gak lolos. “tak apa, pelajaran bisa didapatkan dari sini.”

Dan Sukma tak terlalu cerewet. Hujan. Kami harus pergi juga. Ke Patehan. Ke kantor, tentunya. Duh, sukma pasti laper sekali. Hanya makan mie goreng sebelum berangkat ke BBY latihan baca puisi yang sebentar lagi akan pentas di Sanata Dharma.

“SMS kalo dah sampai ya?”

Hujan masih turun.

Sampai jam delapan malam, sebuah SMS Masuk.

“Jangan marah ya, sayang. Tadi A**n menyusul (menyebut mantan pacarnya), dia nelpon rumah dan tau kalau sukma laitan.”

Aduh. Gak tau juga gimana perasaan ini. Tombol tuts ditekan kuat-kuat sebagai tanda kegalauan. Cemburu? Tidak sebenarnya. Tapi ini adalah soal yang berlarut-larut dan sama-sama tidak kita suka. Sukma selalu diteror oleh masa lalunya. Lelakinya dulu. Berkali-kali ditolak tapi dia tetap ngotot. Sampai suatu malam kami harus berhadapan di kantor polisi. Kami berhadap-hadapan. Setelah itu saya pikir urusannya akan selesai.

Duh... nyatanya tidak. Dia tersu membuntuti. Dan kekesalan ini entah ditujukan pada siapa. Sukam sudah mencoba menyelesaikan baik-baik, tapi dia tetap memaksa. Sementara aku mulai merasa Sukma terlalu baik dan lembut pada setiap orangs ehingga menelantarkan perasaan pacarnya sendiri. Tapi entahlah.. semua berkecamuk.

Coba sukma sms misalnya pas lagi ngobrol sama A**n, kan kecurigaan tidak akan bertambah. Tapi sms jam delapan, meskipun dengans egala penjelasan tetap membikin rasa tak nyaman.

Duh cinta, kenapa setiap orang menjadi begitu cengeng? Dan berprasangka? Mengapa rasa cemburu selalu muncul?

Karena cintakah? Tak tahulah. Aku masih merasa gak nyaman. Bukan marah atau apa, Cuma merasa dilupakan saja. Duh, merasa dilupakan. Kenapa cinta membuat kita betu perasa?

Sukma...sukma.... cinta-cinta